Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Disusun oleh:
Nur Faridah
26
X MIPA 3
SMAN 1 Wonosobo
Kata pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan
rahmat dan karunia-Nya. Sehingga makalah ini dapat saya buat sebagai tugas
dari guru untuk bahan bantu dalam proses belajar mengajar.
Tujuan
dibuatnya makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas semester II sejarah
indonesia khususnya pada bab kerajaan-kerajaan islam di Indinesia. Karena
makalah ini saya buat dengan selengkap mungkin dan bagian-bagian yang
penting telah saya rangkum di makalah ini ,maka ketika mempelajari makalah
ini siswa dapat dengan mudah mempelajarinya.
Mudah-mudahan makalah yang saya buat ini dapat memberikan manfaat dalam
segala bentuk kegiatan belajar. Khususnya kegiatan belajar mengajar di
sekolah, sehingga dapat memperlancar dan mempermudah proses pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Daftar isi
Cover………………………………………………………………………………………………..
Penyusun…………………………………………………………………………………………..1
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….2
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………..3
Pendahuluan……………………………………………………………………………………….4
Latar Belakang…………………………………………………………………….………………4
Rumusan Masalah………………………………………………………………………………....4
Tujuan Penulisan………………………………………………………………..…………………4
Manfaat Penulisan…………………………………………………………………………………4
Pembahasan………………………………………………………………………………………..5
Teori Masuknya Islam di Indonesia……………………………………………………………….5
Cara-Cara Penyebaran Islam di
Indonesia………………………………………….......................6
Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia…………………………………………….………………8
Kerajaan Samudra Pasai…………………………………………………………...……………...8
Kerajaan Malaka…………………………………………………………………………………12
Kerajaan Aceh…………………………………………………………………………………....15
Kerajaan Islam di Pulau Jawa……………………………………………………………………18
Kerajaan Demak………………………………………………………………………………….18
Kerajaan Banten………………………………………………………………………………... 20
Kerajaan Mataram………………………………………………………………………………..22
Kerajaan Pajang………………………………………………………………………………….25
Kerajaan Islam di Kalimantan…………………………………………………………………...27
Kerajaan Islam di Sulawesi…………………………………………………………………........28
Kerajaan Islam di Muluku……………………………………………………………………….30
Kerajaan Ternate…………………………………………………………………………………30
Kerajaan Tidore………………………………………………………………………………….31
Kerajaan Islam di Papua…………………………………………………………………………32
Kerajaan Islam di Nusa Tenggara……………………………………………..…………………33
Kesimpulan………………………………………………………………………………………34
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………35
Bab 1
Pendahuluan
1.
Latar belakang
Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak keanekaragaman, seperti
keanekaragaman agama. Di Indonesia kebanyakan penduduknya menganut agama
islam, karena dalam agama ini tidak ada sistem kasta atau yang lainnya
seperti dalam agama Hindu maupun agama Budha. Dalam agama Islam derajat
seseorang itu sama, baik ia kaya atau miskin, yang menjadikan derajat orang
itu tinggi atau rendah adalah keimanan dan ketakwaan. Inilah yang
menyebabkan kebanyakan orang memilih Islam sebagai agama yang patut untuk di
ikuti atau di yakini.
Seiring dengan berkembangnya Islam para sejarawan melakukan berbagai
penelitian tentang bagaimana cara masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia
ini, yang kemudian adanya berbagai teori yang muncul dalam
penelitian-penelitian yang di lakukan oleh para sejarawan.
2.
Rumusan masalah
berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah
yaitu:
Ø
Bagaimana teori masuknya Islam di Indonesia?
Ø
Bagaimana cara-cara penyebaran islam di Indonesia?
Ø
Apa saja kerajaan-kerajaan islam yang ada di Indonesia?
Ø
Jelaskan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia?
3.
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
Ø
Untuk menyelesaikan tugas sejarah Indonesia semester 2
Ø
Mengasah kemampuan penulis secara akademik untuk membahas tentang
kerajaan-kerajaan islam di Indonesia
Ø
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
Ø
Mendapatkan nilai yang bagus
4.
Manfaat penulisan
Dengan ditulisnya makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi:
Ø
Siswa dalam menggali ilmu dan pengetahuan tentang kerajaan-kerajaan islam
di Indonesia
Ø
Pembaca sebagai bahan bacaan dalam menggali ilmu.
Bab 2
Pembahasan
Teori masuknya islam di Indonesia
Berbagai teori tentang masuknyaIslam di Indonesia ini terus muncul sampai
saat ini. Ada beberapa pendapat tentang masuknya Islam di Indonesia
ini.
A. Teori Makkah
Islam yang masuk dan berkembang di Indonesia berasal dari
Jazirah Arab atau bahkan dari Makkah pada abad ke7 M. Teori ini dikemukakan
oleh Hamka (Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah), ia adalah seorang
ulama’ sekaligus seorang sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapat
ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis perguruan
tinggi Islam Negri (PTIN) di Yogyakarta. Argumentasi yang dijadikan rujukan
Hamka adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Selain itu yang tidak
boleh diabaikan adalah fakta menarik lainnya adalah bahwa orang-orang Arab
sudah berlayar mencapai Cina pada abad ke-7 M dalam rangka
berdagang. Hamka percaya dalam perjalanan inilah mereka singgah di kepulauan
Nusantara saat itu.
B. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia ini
berasal dari Gujarat pada abad ke-13, Islam dibawa dan disebarkan oleh
pedagang-pedagang Gujarat yang singgah di kepulauan Nusantara. Mereka
menempuh jalur perdagangan yang sudah terbentuk antara India dan Nusantara.
Pendapat ini dkemukakan oleh Snouck Hurgronje. Ia mengambil pendapat ini
dari Pijnapel, seorang pakar dari Universitas Leiden Belanda, yang sering
meneliti artefak-artefak peninggalan di Indonesia. Pendapat Pijnapel ini
juga dibenarkan oleh J.P Moquette yang pernah meneliti bentuk nisan
kuburan-kuburan raja-raja pasai.
C. Teori Cina
Teori ini mengungkapkan tentang agama Islam yang disebarkan di Indonesia
oleh orang-orang Cina. Mereka bermadhab Hanafi, pendapat ini disimpulkan
oleh salah seorang pegawai Belanda pada masa pemerintahan kolonial Belanda
dulu.
Teori ini beranggapan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal
dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat
Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada
masa Hindu Buddha etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan
penduduk Indonesia, terutama melalui kontak dagang. Bahkan ajaran Islam
telah masuk ke Cina pada abad ke-7 M, masa dimana agama ini baru
berkembang.
D. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia beasal
dari daerah Persia atau Parsi (Iran). Pencetus dari teori inni adalah Hosein
Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya,
Hosein lebih menitik beratkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi
yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi
tersebut antara lain : tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai
hari suci kaum Syi’ah atas kematian Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad.
Cara-cara penyebaran islam di Indonesia
1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari
Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian dalam
kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan
jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam.
Di samping berdagang, sebagai seorang muslim juga mempunyai kewajiban
berdakwah maka para pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama
dan kebudayaan Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak
pedagang Indonesia memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agama Islam
dan budaya Islam yang baru dianutnya kepada orang lain.
2. Perkawinan
Di antara para pedagang Islam ada yang menetap di Indonesia. Hingga
sekarang di beberapa kota di Indonesia terdapat kampung Pekojan. Kampung
tersebut dahulu merupakan tempat tinggal para pedagang Gujarat. Koja artinya
pedagang Gujarat. Sebagian dari para pedagang ini menikah dengan wanita
Indonesia. Terutama putri raja atau bangsawan. Karena pernikahan itulah,
maka banyak keluarga raja atau bangsawan masuk Islam. Kemudian diikuti oleh
rakyatnya. Dengan demikian Islam cepat berkembang.
3. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig
yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu
yang berhubungan dengan agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai
dalam menuntut ilmu mengenai agama Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk
mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya kepada masyarakat sekitar. Yang
akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam. Pesantren yang
telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren
Sunan Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan
Pesantren Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah Hitu
), dls.
4. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang
peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk
agama Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk
agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi dan
raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan rakyat memeluk agama
Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya perluasan
wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.
5. Melalui Dakwah di Kalangan
Masyarakat
Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang
menyebarkan Islam di lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang
menyebarkan agama Islam di daerah Gowa (Sulawesi Selatan), Tua Tanggang
Parang menyebarkan Islam di daerah Kutai (Kalimantan Timur), Seorang
penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam di kalangan para bangsawan
Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama Islam di Jawa. Wali
yang terkenal ada 9 wali, yaitu :
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Derajat (Syarifuddin)
Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Gunung Jati (Faletehan)
6. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid),
seni pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak
dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan
cara mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran Islam yang disusupkan
ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat mungkin
memanfaatkan tradisi lokal, misalnya : Membumikan ajaran Islam melalui syair
– syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan Bonang, Hikayat Sunan
Kudus, dan lain – lain. Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin.
Contohnya : Tokoh-tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama
lainnya yang bisa mendekatkan dengan ajaran Islam, Mencipta tokoh baru dan
narasi baru yang sarat pengajaran. Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat
lima waktu sekaligus alarm pengingat.
7. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu
menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah
masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat
dan menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah
Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.
Kerajaan-kerajaan islam di Indonesia
1.
Kerajaan islam di Sumatra
A.
Kerajaan Samudara Pasai
Letak Geografis
Letak Kesultanan Samudera Pasai
Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan islam
pertama di Indonesia. Letak Samudra Pasai di pantai timur Pulau
Sumatrabagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan
internasional waktu itu, yaitu Selat Malaka. Pusat pemerintahanya di kota
pasai. Dengan posisi yang strategis tersebut Kerajaan Samudra Pasai
berkembang dengan cukup pesat baik dalam kehidupan politik, ekonomi, dan
social budaya.
Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar
abad ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang
Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Di Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam
adalah pesisir Samudera
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di
kalangan masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan
masyarakat pedesaan atau pedalaman malainkan juga merambah lapisan
masyarakat perkotaan. Dalam perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan
Samudera Pasai.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan samudra pasai
1.
Nazimuddin Al-Kamil
Adalah seorang
Laksamana dari Dinasti Fatimah di Mesir yang pada tahun1238 ditugaskan
merebut pelabuhan Kambayat, Gujarat, India. Selain itu, ia juga membangun
sebuah kerajaan di ujung utara pulau Sumatera yang dinamakan kerajaan
Samudra Pasai. Tujuannya tentu adalah untuk menguasai perdagangan Lada di
Jalur Selat Malaka.
2.
Sultan Malik Al-Saleh (1285-1297)
Setelah
Dinasti Mamluk yang beraliran Islam Syafei menaklukan Dinasti Fatimah di
Mesir, Ia juga ingin merebut Kerajaan Samudra Pasai. Maka, dikirimlah Syekh
Ismail yang nantinya akan bersekutu dengan Marah Silu (putra seorang
bangsawan Persia, Marah Gajah). Kerajaan ini berhasil direbut dan Marah Silu
menerima gelar Sultan Malik Al-Saleh. Pada masanya, ia memperkuat Samudra
Pasai sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka. Ia meninggal tahun
1297.
3.
Sultan Malik Al-Thahir / Sultan Muhammad (1297-1326)
putra Sultan
Malikul Al-Saleh. Pada masa pemerintahannya, terjadi perpecahan antara kedua
putranya yaitu Sultan Mahmud dan Sultan Mansyur. Sultan Mansyur memilih
untuk memisahkan diri ke Aru dan kembali menganut Islam Syiah.
4.
Sultan Ahmad Perumadat Perumal
Pada masanya,
kerajaan Samudra Pasai mendapt kunjungan dari utusan Sultan Delhi, Muhammad
Tuqhluq, yaitu Ibnu Batutah pada tahun 1345 dan 1346. Ibnu Batutah singgah
dua kali saat pergi ke dan dari China. Ia mengatakan bahwa Islam yang dianut
adalah Islam Syafei dan ada golongan bangsawan Persia yang disebut Amir.
5.
Zainal Abidin (1383-1405)
Kerajaan
Samudra Pasai mengalami kemunduran pada masa pemerintahannya karena Kerajaan
Islam lainnya telah muncul yaitu Kerajaan Malaka di bawah Iskandar Syah.
6.
Sultan Shalahudin (1405 - 1412).
Pada
perkembangan selanjutnya, Kerajaan Samudra Pasai sempat ditaklukkan oleh
bangsa Portugis tahun 1521 dan oleh Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Ali
Mughayat Syah tahun 1524.
Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas
mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga
mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan untuk :
o
Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
o
Mengurus soal-soal atau masalah-masalah perkapalan
o
Mengumpulkan barang-barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
o
Menyimpan barang-barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di
Indonesia
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat,
sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan
di sekitarnya. Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka
pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.
Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera
Pasai diatur menurut aturan – aturan dan okum – okum Islam. Dalam
pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat
di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh
mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai
penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang berhasil memanfaatkan huruf
Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa
Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab
Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian
awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai
dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.
Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama
dari Timur Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di
Nusantara. Berdasarkan hal itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai
begitu taat dalam menjalankan agama Islam sesuai dengan Mahzab Syafi’I dan
ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja yang telah
beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan dan
kepatuhannya kepada sang raja.
Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
Factor-faktor yang menyebabkan keemunduran kerajaan samudra pasai
yaitu:
o
Kekalahan Acah dalam melawan portugis di malaka pada tahun 1629M.
o
Tokoh penggganti Sultan Iskandar Muda tidak secakap pendahulunya.
o
Permusuhan yang hebat di antara kaum ulama yang menganut ajaran Syamsudin
as-Sumatrani dan penganut ajaran Naruddin ar Raniri.
o
Daerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat seperti Johor, Perlak,
Pahang, Minangkabau, dan Siak melepaskan diri dari Aceh.
o
Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai
a.
Makam Sultan Malik AL-Saleh
Makam sultan malik al-salih
Makam Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera,
sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi
huruf Arab.
b.
Makam Sultan Maulana Al Zhahir
Malik Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, Dia memimpin Samudera Pasai
sejak 1287 hingga 1326 M. Pada nisan makamnya yang terletak bersebelahan
dengan makam Malik Al-Saleh, tertulis kalimat; Ini adalah makam yang
dimuliakan Sultan Malik Al-Zahir, cahaya dunia dan agama. Al-Zahir meninggal
pada 12 Zulhijjah 726 H atau 9 November 1326.
c.
Makam Nahriyah
Nahrisyah adalah seorang ratu dari Kerajaan Samudera Pasai yang memegang
pucuk pimpinan tahun 1416-1428 M. Ratu Nahrisyah dikenal arif dan bijak. Ia
bertahta dengan sifat keibuan dan penuh kasih sayang. Makamnya terletak di
Gampông Kuta Krueng, Kecamatan Samudera ± 18 km sebelah timur Kota
Lhokseumawe, tidak jauh dari Makam Malikussaleh.
B.
Kerajaan Malaka
Sejarah Kerajaan Malaka
Hubungan perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka yang semakin ramai
telah membawa pengaruh islam di Malaka. Muncullah kemudian masyarakat islam
di Malaka. Pada abad ke-14 M, Malaka menjadi bandar paling penting di Asia
Tenggara. Karena pada saat itu Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan
dan penyebaran islam. Dalam perkembangannya masyarakat muslim Malaka semakin
banyak sehingga kemudian muncul sebagai kerajaan besar.
Letak Kerajaan Malaka
Letak Kerajaan Malaka diperkirakan berada di Pulau Sumatera dan Semenanjung
Malaka.
Kehidupan Politik
Raja – raja yang memerintah Kerajaan Malaka antara lain :
1. Iskandar Syah (1396-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan
Paramisora (Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah
Blambangan ke Tumasik (Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai
ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kp. Malaka.
Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora
menganut agama Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian
menjadikan Kp. Malaka menjadi Kerajaan Islam. Untuk menjaga keamanan
Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar China dengan
menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
2. Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)
Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah
kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung
Malaya.
Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan
perdagangan di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera
Pasai yang kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan,
maka dipilih melalui jalur politik perkawinan dengan cara menikahi putri
Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya dapat tercapai.
3. Mudzafat Syah (1424-1458 M)
Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik
tahta dengan gelar sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang
pertama bergelar Sultan). Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari
Kerajaan Siam (serangan dari darat dan laut), namun dapat digagalkan.
4. Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
Merupakan putra dari Sultan Mudzafat Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Puncak kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik
ayahnya dengan memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya
maupun di wilayah Sumatera Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja
Siam tewas dalam pertempuran , tetapi putra mahkotanya ditawan dan
dikawinkan dengan putri sultan sendiri kemudian diangkat menjadi raja dengan
gelar Ibrahim. Indragiri mengakui kekuasaan Malaka.
5. Sultan Alaudin Syah (1477-188 M)
Merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan
Kerajaan Malaka mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan oleh karena Sultan
Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.
6. Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah kekuasaannya
meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini menambah suram kondisi
Kerajaan Malaka.
Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah
pimpinan Alfonso d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka.
Akhirnya Malaka pun jatuh ke tangan Portugis.
Kehidupan Sosial – Budaya
Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami
perkembangan yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang
menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti Hikayat
Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat.
Sedangkan kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak,
keadaan alam dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari
dunia maritim, hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan
mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme. Kelompok masyarakat
pun bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan majikan.
Kehidupan Ekonomi
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan
keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja
maupun pejabat-pejabat penting memperoleh upeti atau persembahan dari
pedagang yang dapat menjadikan mereka sangat kaya.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang
laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan.
Untuk mempermudah terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu
(Kwu-lun) dijadikan sebagai bahasa perantara.
C.
Kerajaan Aceh
Sejarah Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang
didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528),
menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya
Kerajaan Malaka.
Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang).
Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di
bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar
agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Aceh
1. Sultan Ali Mughayat Syah
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan pendiri Kerajaan Aceh yang memerintah
dari tahun 1514 sampai 1528. Pada awalnya Aceh merupakan bagian dari
kerajaan Pidie. Namun, berkat kegigihannya Aceh mampu melepaskan diri dari
kekuasaan Kerajaan Pidie.
2. Salahudin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. Pada suatu
waktu, Salahudin gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin dijatuhkan
oleh Alaudin Riayat Syah Al-Kahar.
3. Alaudin Riayat Syah Al-Kahar
Ia merupakan pengganti Salahudin yang pada suatu waktu menyerang wilayah
Batak, Aru, Johor, dan Malaka.
4. Sultan Iskandar Muda
Ia memerintah dari tahun 1607 sampai 1638.
5. Sultan Iskandar Thani
Ia merupakan pengganti Sultan Iskandar Muda, yang memerintah dari tahun
1638 sampai 1641. Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh
tidak mengalami kemajuan. Setelah beliau wafat, Aceh semakin Mundur.
Kemunduran Aceh disebabkan oleh pertikaian dalam kerajaan itu sendiri. Pada
saat itu Belanda berhasil menguasai Malaka dan Nusantara.
Tokoh sejarah yang terkenal pada masa Kerajaan Aceh adalah Sultan Iskandar
Muda. Semasa pemerintahannya Aceh mampu memperluas wilayah hingga ke
Semenanjung Malaya (Johor, Pahang, dan Kedah). Kekuatan utamanya terletak
pada angkatan perang Kerajaan Aceh. Armada angkatan lautnya merupakan yang
terkuat di masa itu.
Wilayah kerajaan Aceh pada masa kejayaannya
Pada masa ini, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya, perdagangan
berkembang pesat, sehingga menjadikan Aceh sebagai pelabuhan internasional.
Aceh menjalin hubungan yang baik dengan Kerajaan Turki, Persia, Cina, dan
India.
Kehidupan social budaya
Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur
perdagangan internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai
dikunjungi pedangang Islam.
Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan
bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama
Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di
Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan
Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai
ke Jawa.
Kehidupan ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa
kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh
menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak
dan timah serta rempah-rempah.
Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh
o
Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1636, tidak ada raja-raja besar
yang mampu mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas.
o
Timbulnya pertikaian yang terus-menerus di Aceh antara golongan bangsawan
(teuku) dengan golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya
Kerajaan Aceh.
o
Daerah-daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri seperti Johor,
Pahang, Perak, Minangkabau dan Siak.
o
Kekelahan Aceh dalam perang melawan Portugis di Malaka pada tahun
1629M.
o
Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa berhasil mendesak dan
menggeser daerah perdagangan Aceh.
2.
Kerajaan islam di Jawa
A.
Kerajaan Demak
Masjid Agung Demak
Sejarah Kerajaan Demak
Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan
ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah
adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten
Bintara, Demak. Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri
atas sembila orang ulama besar, pendakwah islam paling awal di pulau
jawa.
Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak
1. Raden Fatah
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja
terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa,
Raden Fatah di angkat menjadi bupati di Bintaro Demak dengan Gelar Sultan
Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki
daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.
2. Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus.
Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus
tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak
meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak
begitu pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka, keberanian Adipati
Unus menyerang Malaka membuat Adipai Unus dijiluki Pangeran Sabrang Lor.
Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh
saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.
3. Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana
berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada
tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah
pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain
Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan
untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada
Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan
kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta
(berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527
M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari
Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.
Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu
setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit.
Kehidupan sosial budaya
Salah satu peninggalan budaya Kerajaan Demak
adalah Masjid Agung Demak yang terkenal dengan salah satu tiangnya yang
terbuat dari pecahan kayu (tatal). Pembangunan masjid dipimpin oleh Sunan
Kalijaga. Di pendopo masjid inilah Sunan Kalijaga meletakkan dasar-dasar
perayaan sekaten yang tujuannya untuk menyebarkan tradisi Islam. Tradisi
tersebut sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Surakarta.
Keruntuhan Kerajaan Demak
Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat
di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri
dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul
pertentangan di antara para waris yang saling berebut tahta. Hal itu
menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak.
B.
Kerajaan Banten
Sejarah Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini
pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh
pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari
Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang
diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten
1. Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin adalah raja pertama di Kerajaan
Banten. Perjuangannya sangat gigih. Pada tahun 1568 Sultan Hasanudin mampu
melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Demak. Pada saat itu di Demak
terjadi perebutan kekuasaan setelah Sultan Trenggono wafat. Wilayah
kekuasaan Kerajaan Banten hingga ke Lampung. Banten menjadi pusat penjualan
dan perdagangan lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanudin wafat.
2. Syeh Maulana Yusuf
Ia merupakan putra Sultan Hasanudin. Ketika
menjadi raja dikenal dengan sebutan Panembahan Yusuf.
3. Maulana Muhammad
Maulana Muhammad merupakan pengganti Panembahan
Yusuf. Ia menjadi raja dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad
memperluas kerajaan Banten dengan menyerang Palembang. Dalam sejarah
diceritakan penyerangan ke Palembang dipimpin oleh Ki Gede Ing Suro. Ki Gede
Ing Suro adalah seorang penyiar agama Islam yang berasal dari keturunan
orang Surabaya yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar keislaman di
Palembang. Dalam pertempuran tersebut Sultan Banten gugur.
4. Abdulmufakhir
Abdulmufakhir merupakan pengganti Maulana Muhammad
yang telah gugur. Namun, karena usianya masih muda belia maka ia didampingi
oleh Pangeran Ranamenggala sebagai mangkubumi. Pangeran Ranamenggala
mengendalikan pemerintahan dari tahun 1608 sampai 1624.
Selama pemerintahan raja tersebut Kerajaan Banten
menjadi pusat perdagangan lada dan cengkih.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah raja Banten yang
memerintah dari tahun 1651 sampai 1692. Pada masa ini Banten semakin maju.
Hasil pertanian melimpah. Penyiaran agama Islam semakin pesat dengan
ditunjang oleh ulama besar seperti Syekh Yusuf dari Sulawesi.
Kerajaan Banten menjalin hubungan baik dengan
negara luar negeri, seperti Turki dan Moghul. Meskipun demikian, Sultan
Ageng Tirtayasa tidak bersedia bekerja sama dengan belanda.
6. Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar
Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar merupakan raja
pengganti Sultan Ageng Tirtayasa. Sikap kerajaan ini masih tetap tidak mau
bekerja sama dengan Belanda. Namun, kekuasaan Belanda semakin kuat di
Banten. Akibatnya, kerajaan Banten menjadi runtuh. Peninggalan Kerajaan
Banten antara lain adalah Masjid Agung Banten dan sebuah meriam "Ki
Amuk".
Kehidupan ekonomi
Kerajaan Banten dalam kehidupan perekonomiannya bertumpu pada bidang
perdagangan. Hal tersebut disebabkan karena:
o
Kedudukan kerajaan banten sangat strategis di tepi Selat Sunda.
o
Banten memiliki hasil ekspor penting, yaitu lada.
o
Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memenuhi syarat
sebagai pelabuhan dagang yang baik.
o
Jatuhnya malaka ke tangan portugis mendorong pedagang islam mencari daerah
baru di Jawa Barat, yaitu Banten dan Cirebon.
Kehidupan social budaya
Dalam bidang seni bangunan,peninggalan kerajaan banten adalah bangunan
Masjid Agung Banten yang di bangun sekitar abad ke-16. Menara Masjid
Agung Banten yang mirip mercusuar dibangun oleh Hendriik Lucozoon
Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia yang masuk islam).
Masjid Agung Banten ini beratap tumpang atau sususn lima. Selain Masjid
Agung Banten, juga terdapat gapura di kaibon banten, dan istana model Eropa
yang dibangun olej Jan Lukas Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia
yang telah menganut islam).
C.
Kerajaan Mataram
Letak geografis
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Kerajaan Mataram pada awal
perkembangannya adalah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Pajang. Kerajaan mataram berada di daerah jawa tengah bagian
selatan dengan pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota
Yogyakarta, yakni di Kotagede.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram
1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
o
Pendiri desa mataram tahun 1556
o
bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya
o
Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
o
menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba
(kakak perempuan Ki Ageng Henis).
o
Meninggal tahun 1584
2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )
o
pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun
1587-1601
o
bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah
Tanah Jawa
o
dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.
o
putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
o
Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja
terakhir Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota
Walisanga
o
meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian
dimakamkan di Kotagede.
3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu
Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram )
o
raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613
o
putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama
Ratu Mas Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
o
meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di
Hutan Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta
Panembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang
bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak"
4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli :
Raden Mas Jatmika )
o
lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul),
Kesultanan Mataram, 1645
o
raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
o
Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di
Jawa dan Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
o
Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara
periodik.
o
kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut Batavia
dengan VOC
o
menyerang Batavia sebanyak 2x.
.
5. Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung)
o
Memerintah pada tahun 1646-1677
o
Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum
o
Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra Sultan Agung. Ibunya bergelar
Ratu Wetan, yaitu putri Tumenggung Upasanta bupatiBatang (keturunan Ki Juru
Martani).
o
Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi
Mataram.
o
menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat.
o
Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya.
Pada tahun 1646 ia mengadakan perjanjian, antara lain pihak VOC diizinkan
membuka pos-pos dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan
berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC. Kedua pihak juga saling
melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I dianggap
sebagai bukti takluk VOC terhadap kekuasaan Mataram. Namun ia kemudian
tergoncang saat VOC merebut Palembang tahun 1659.
6. Amangkurat II (Nama asli Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat )
o
putra Amangkurat I raja Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri Pangeran
Pekikdari Surabaya.
o
Pada bulan September 1680 Amangkurat II membangun istana baru di hutan
Wanakerta karena istana Plered diduduki adiknya, yaituPangeran Puger. Istana
baru tersebut bernama Kartasura.
o
Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun 1703. Sepeninggalnya, terjadi
perebutan takhta Kartasura antara putranya, yaituAmangkurat III melawan
adiknya, yaitu Pangeran Puger.
o
Pada bulan September 1677 diadakanlah perjanjian di Jepara. Pihak VOC
diwakili Cornelis Speelman. Daerah-daerah pesisir utaraJawa mulai Kerawang
sampai ujung timur digadaikan pada VOC sebagai jaminan pembayaran biaya
perang Trunajaya.
o
Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II, seorang raja tanpa istana.
Dengan bantuan VOC, ia berhasil mengakhiri pemberontakan Trunajaya tanggal
26 Desember 1679. Amangkurat II bahkan menghukum mati Trunajaya dengan
tangannya sendiri pada 2 Januari 1680.
7. Amangkurat III (Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna )
o
memerintah antara tahun 1703– 1705.
o
dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit.
o
Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama
Raden Ayu Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai
karena berselingkuh dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.
Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan
hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam
pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang
keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas
memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana
terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk
menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang
dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk
Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan
ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena
letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah
kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah
pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram.
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni
tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah
Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha
dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan
memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending
yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang
disebut Hukum Surya Alam.E.
Kemunduran Mataram Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut
Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu,
kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan
untuk berperang.
D.
Kerajaan Pajang
Sejarah berdirinya Kerajaan Pajang
pada
akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para penulis kronik di Kartasura
menulis seluk beluk asal usul raja-raja Mataram dimana Pajang dilihat
sebagai pendahulunya. Pajang sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada
tahun 1618 yang pernah dihancurkan ibukota dan sawah ladangnya oleh
pasukan-pasukan dari Mataram karena memberontak. Di bekas kompleks keraton
Raja Pajang yang dikubur di Butuh banyak ditemukan sisa-sisa keramik asal
negeri Cina.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan pajang
1.
Jaka Tingkir
Nama
aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga.
Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber
dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti
Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal
dunia.
Meski
dalam Babad Jawa, Adiwijaya lebih dilukiskan sebagai Raja yang serba lemah,
tetapi kenyataannya sebagai ahli waris Kerajaan Demak ia mampu menguasai
pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan baik. Perpindahan pusat Kerajaan
ke pedalaman yang dilanjutkan lagi oleh Raja Mataram berpengaruh besar atas
perkembangan peradaban Jawa pada abad ke-18 dan 19. Daerah kekuasaan Pajang
mencakup di sebelah Barat Bagelen (lembah Bogowonto) dan Kedu (lembah Progo
atas).
2.
Arya Pangiri
Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja
keempat Demak, yang tewas dibunuh Arya Penangsang tahun 1549. Ia kemudian
diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun
1582 terjadi permasalahan takhta di Pajang. Putra mahkota yang bernama
Pangeran Benawa disingkirkan Arya Pangiri dengan dukungan Sunan Kudus.
Alasan Sunan Kudus adalah usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri
Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut
merelakan takhta Pajang dikuasai Arya Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian
menjadi bupati Jipang Panolan (bekas negeri Arya Penangsang).
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil
terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan orang-orang Demak untuk
menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih
oleh kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah
menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke
Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa.
3.
Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah raja ketiga
Kesultanan Pajang yang memerintah tahun 1586-1587, bergelar Sultan
Prabuwijaya. Pangeran Benawa adalah putra Sultan Hadiwijaya alias Jaka
Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan
Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang mendirikan Kesultanan Mataram.
Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah
Banowati yang menikah dengan Mas Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati
bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan Sultan Agung, raja terbesar
Mataram.
Kehidupan Sosial Budaya
Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan Pajang
semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi lumbung beras
pada abad ke-16 sampai abad 17, kerja sama tersebut saling menguntungkan
bagi kedua belah pihak. Kehidupan rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi
yang cukup kental sehingga masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat
Islam dengan sungguh-sungguh.
Kehidupan Ekonomi
Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di
Kartasura, ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana
bupati Surabaya. Pada masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung
kerjasama antara PakuBuwono 1 dan Jayengrana.
Pajang
mengalami kemajuan di bidang pertanian. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada di
dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya
bermata air di lereng gunung Merapi) dengan bengawan sala. Irigasi berjalan
lancar karena air tanah di sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga
pertanian di Pajang maju.
Kemunduran Kerajaan Pajang
Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia.
Terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan
Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan
Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam
terhadap Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat
Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun
1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan
Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa
kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa
berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga
Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram. Yang menjadi bupati di
sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik Sutawijaya. Sutawijaya sendiri
mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia sebagai raja pertama bergelar
Panembahan Senopati
3. Kerajaan Islam di Kalimantan
Di Kalimantan juga terdapat beberapa kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.
Kerajaan tersebut antara lain Kesultanan Pasir (1516), Kesultanan Banjar
(1526-1905), Kesultanan Kotawaringin, Kerajaan Pagatan (1750), Kesultanan
Sambas (1671), Kesultanan Kutai Kartanegara, Kesultanan Berau (1400),
Kesultanan Sambaliung (1810), Kesultanan Gunung Tabur (1820),Kesultanan
Pontianak (1771),Kesultanan Tidung,dan Kesultanan Bulungan (1731).
Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah Kalimantan Barat antara lain
Tanjungpura dan Lawe. Kedua kerajaan tersebut pernah diberitakan Tome Pires
(1512-1551). Tanjungpura dan Lawe menurut berita musafir Portugis sudah
mempunyai kegiatan dalam perdagangan baik dengan Malaka dan Jawa, bahkan
kedua daerah yang diperintah oleh Pate atau mungkin adipati kesemuanya
tunduk kepada kerajaan di Jawa yang diperintah Pati Unus. Tanjungpura dan
Lawe (daerah Sukadana) menghasilkan komoditi seperti emas,berlian,padi,dan
banyak bahan makanan. Pada abad ke-17 kedua kerajaan itu telah berada di
bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram terutama dalam upaya perluasan
politik dalam menghadapi ekspansi politik VOC.
Meskipun kita tidak mengetahui dengan pasti kehadiran Islam di Pontianak,
konon ada pemberitaan bahwa sekitar abad ke-18 atau 1720 ada rombongan
pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang di antaranya dating ke daerah
Kalimantan Barat untuk mengajarkan membaca al- Qur’an, ilmu fikih, dan ilmu
hadis. Mereka di antaranya Syarif Idrus bersama anak buahnya pergi ke
Mampawah, tetapi kemudian menelusuri sungai ke arah laut memasuki Kapuas
Kecil sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal kota Pontianak.
Syarif Idrus kemudian diangkat menjadi pimpinan utama masyarakat di tempat
itu dengan gelar Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus yang kemudian
memindahkan kota dengan pembuatan benteng atau kubu dari kayu-kayuan untuk
pertahanan. Sejak itu Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus dikenal sebagai
Raja Kubu. Daerah itu mengalami kemajuan di bidang perdagangan dan
keagamaan, sehingga banyak para pedagang yang berdatangan dari berbagai
negeri.Syarif Idrus memerintah pada 1199-1209 H atau 1779-1789 M.
Cerita
lainnya mengatakan bahwa pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang mengajarkan
Islam dan datang ke Kalimantan bagian barat terutama ke Sukadana ialah
Habib Husin al-Gadri. Ia semula singgah di Aceh dan kemudian ke Jawa
sampai di Semarang dan di tempat itulah ia bertemu dengan pedagang Arab
namanya Syaikh, karena itulah maka Habib al-Gadri berlayar ke Sukadana.
Habib mendapat banyak simpati dari raja, Sultan Matan dan rakyatnya.
Kemudian Habib Husin al- Gadri pindah dari Matan ke Mempawah untuk
meneruskan syiar Islam. Setelah wafat ia diganti oleh salah seorang putranya
yang bernama Pangeran Sayid Abdurrahman Nurul Alam. Ia pergi dengan
sejumlah rakyatnya ke tempat yang kemudian dinamakan Pontianak dan di tempat
inilah ia mendirikan keraton dan masjid agung.
4. kerajaan Islam di Sulawesi
1.
Kerajaan Makasar
Letak geografis
Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi bagian selatan
pada abad ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah
kerajaan kecil yang saling bertikai. Daerah ini kemudian dipersatukan oleh
kerajaan kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan
Makassar. Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil
bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung
barat-daya Sulawesi dengan kedudukan strategis dalam perdagangan
rempah-rempah.Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para
pedagang muslim juga berupaya menyebarkan ajaran Islam di Makassar.
Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar
1)
Sultan Alauddin (1591-1629 M).
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri
Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.Pada
pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia
pelayaran dan perdagangan.
2)
Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).
Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat
sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah mengirimkan
pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku berperang melawan
Belanda.
3)
Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan.
Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan
memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian
Flores). Berkat penguasaan wilayah tersebut seluruh aktifitas pelayaran dan
perdagangan yang melalui Laut Flores harus singgah di pusat Kerajaan
Makasar.
Hal tersebut di tentang oleh Belanda yang memiliki wilayah kekuasaan di
Maluku teehalang oleh kekuasaan Makasar. Pertentangan antara Makasar dan
Belanda sering menimbulkan peperangan. Bahkan, pertentangan itu sering
terjadi di Maluku. Keberanian Sultan Hasannudin memporak-porandakan pasukan
Belanda di Maluku mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Kerena keberanian
Sultan Hasanuddin tersebut, kemudian Belanda memberikan julukan kepada
Sultan Hasanuddin “ Ayam Jantan dari Timur”.
Untuk menguasai Makasar, Belandsa melakukan politik Devide Et Impera, yang
kemudian menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone yang diperintah oleh Raja
Aru Palaka yang pada waktu itu sedang melakukan pemberontakan terhadap
Makasar. Pasukan Belanda yang dibantu Aru Palaka berhasil mendesak
Makasardan dapat menguasai ibu kota kerajaan. Akhirnya Sultan Hasanuddin
terpalsa harus menandatangani perjanjian Bongaya pada tahun1667M yang isinya
antara lain:
o
VOC yaitu kompeni dagang Belanda memperoleh hak monopoli dagang di
Makasar.
o
Belanda dapat mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makasar yang diberi nama
Benteng Rotterdam.
o
Makasar harus melepaskan daerah kekuasaanya seperti Bone dan pulau-pulau di
luar wilayah Makasar.
o
Aru Palaka diakui sebagai raja Bone
Meskipun telah menandatangani perjanjian Bongaya, orang-orang Makasar tetap
melakukan perlawanan yang berlangsung selama 2 tahun dengan pusat pertahanan
di Sombaopu. Namun Belanda tetap berupaya merebut pertahanan itu dengan
menghancurkan dinding benteng dan akhirnya Sultan Hasannudin menyarah.
4)
Raja Mapasomba
Raja
Maposamba dikenal sebagai Sultan Amir Hamzah adalah putra Sultan Hasanuddin
yang turun tahta setelah menyerah kepada Belanda.
Kehidupan sosial
Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal. Masyarakat Makassar
dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:
o
Kareng yang terdiri dari kaum Bangsawan.
o
Tumasaraq adalah gelar untuk rakyat biasa.
o
Ata untuk Hamba Sahaya.
Kehidupan ekonomi
Letak Kerajaan Makasar sangat staregis yaitu di tengah-tengah jalur
perdagangan antara Maluku dan Malaka, sehingga kerajaan tersebut berkembang
menjadi pusat perdagangan.
Kehidupan budaya
Kebudayaan Kerajaan Makasar dipengaruhi oleh kondisi kerajaan yang bersifat
maritime, yaitu pembuatan alat penangkap ikan dan kapal pinisi. Masyarakat
Kerajaan Makasar juga mengembangkan seni sastra, yaitu kitab lontara.
5. Kerajaan Islam di Maluku
1.
Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan
Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain
Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan lain,
seperti Jaelolo, Tidore,Bacan,
dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang
paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari
Nusantara maupun pedagang asing.
A. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Ternate pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M).
Raja berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa
pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina Selatan.
Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan
di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan
Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan
Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua dan Timor.
Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.
B. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan
Kebudayaan
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada
abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing
datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk
ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan
besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang
cukup kuat.Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan
hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate
dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian
dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang
cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya membuat
kapal, seperti kapal kora-kora.
C Kemunduran Kerajaan Ternate.
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan
Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan
tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang
kuat.
2.
Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah
raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqalyang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M,
agama Islam
masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore
yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam
berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
A. Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta
terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat
apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani,
ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik
oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya
terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram,
Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku
adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda
yang berniat menjajah kembali.
B. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan
hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore
dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian
dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku.
Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh
Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain
Portugis, Spanyol, dan Belanda.
C. Kemunduran Kerajaan Tidore
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan
Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan
tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang
kuat.
6. Kerajaan Islam di Papua
Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Papua sudah
berlangsung sejak lama. Bahkan, berdasarkan bukti sejarah terdapat sejumlah
kerajaan-kerajaan Islam di Papua, yakni: Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool,
Kerajaan Salawati, Kerajaan Sailolof Kerajaan Fatagar, Kerajaan Rumbati
(terdiri dari Kerajaan Atiati, Sekar, Patipi, Arguni, dan Wertuar) Kerajaan
Kowiai (Namatota), Kerajaan Aiduma, Kerajaan Kaimana.
Berikut beberapa pendapat mengenai kedatangan islam di papua:
a.
Islam datang di Papua tahun 1360 yang disebarkan oleh mubaligh asal Aceh,
Abdul Ghafar. Pendapat ini juga berasal dari sumber lisan yang disampaikan
oleh putra bungsu Raja Rumbati ke-16 (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati
ke-17 (H. Ismail Samali Bauw). Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun
(1360-1374) di Rumbati dan sekitarnya. Ia kemudian wafat dan dimakamkan di
belakang masjid kampung Rumbati tahun 1374.
b.
pendapat yang menjelaskan bahwa agama Islam pertama kali mulai
diperkenalkan di tanah Papua di jazirah Onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang
sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri
Arab. Pengislaman ini diperkirakan terjadi pada abad pertengahan abad ke-16,
dengan bukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitar 400 tahun atau di
bangun sekitar tahun 1587.
c.
pendapat yang mengatakan bahwa Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak
dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh
seorang pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap
di Ambon. Proses pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan.
d.
pendapat yang mengatakan Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada masa
pemerintahan Sultan Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar
Islam ke seluruh penjuru negeri, seperti Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan,
Nusa Tenggara, Jawa dan Papua. Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang
pertama kali masuk Islam adalah Zainal Abidin yang memerintah tahun 1521.
Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau di
sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan Salawati. Sultan
Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya hingga ke semenanjung Onin Fakfak, di
barat laut Papua tahun 1606
e.
pendapat yang mengatakan bahwa Islam di Papua berasal dari Maluku Utara
(Ternate-Tidore). Sumber sejarah Kesultanan Tidore menyebutkan bahwa pada
tahun 1443 Sultan Ibnu Mansur (Sultan Tidore X atau Sultan Papua I) memimpin
ekspedisi ke daratan tanah besar (Papua). Setelah tiba di wilayah Pulau
Misool dan Raja Ampat, kemudian Sultan Ibnu Mansur mengangkat Kaicil
Patrawar putera Sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi (Kapita Gurabesi
). Kapita Gurabesi kemudian dikawinkan dengan putri Sultan Ibnu Mansur
bernama Boki Tayyibah.Kemudian berdiri empat kerajaan di Kepulauan Raja
Ampat tersebut, yakni Kerajaan Salawati, Kerajaan Misool atau Kerajaan
Sailolof, Kerajaan Batanta, dan Kerajaan Waigeo.
7. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara
Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-16.
di perkenalkan oleh Sultan Prapen(1605),Putra Sunan Giri.Namun Islam mungkin
masuk ke Sumbawa melalui Sulawesi lewat Dakwah para mubalig dari Makassar
antara tahun 1540-1550. kemudian berkembang kerajaan islam di Lombok, salah
satunya adalah Kerajaan Selaparang.
Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang dibawah pemerintahan Prabu Rangkesari.pada masa itulah
Selaperang mengalami zaman keemasan dan memegang hegemoni di seluruh
lombok.Selaperang menjalin hubungan dengan beberapa negri,terutama
Demak,
pada abad ke-17 seluruh kerajaan Islam Lombok ada dibawah pengaruh
kekuasaan Kesultanan Goa.hubungan antara keSultanan Goa dan Lombok diperepat
dengan cara perkawinan, seperti Pemban Selaperang, Pemban Pejanggik, dan
Pemban Parwa.
Setelah terjadi Perjanjian Bongaya antara kesultanan Goa dan VOC pada
abad 18 November 1667 yang sangat merugikan kesultanan
Goa,kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara mulai ditekan oleh VOC. Pusat
kerajaan Lombok pun dipindahkan ke Sumbawa pada tahun 1673 dengan tujuan
untuk dapat mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di pulau
tersebutdengan dukungan kekuasaan Goa.Sumbawa dipandang lebih strategis
dari pada Selaparang.Ancaman dan serangan VOC ( Verenigde Oost Indische
Compagnie ) yang terjadi secara terus-menerus.
BAB 3
Kesimpulan
Agama islam muncul di Indonesia karena dibawa oleh pedagang dari Gujarat
atau Cina, kemudian agama islam berkembang di Indonesia melalui berbagai
jalur seperti perdagangan, perkawinan, pendidikan dan lain-lain. Dari
sinilah kemudian muncul berbagai macam kerajaan-kerajaan islam di Indonesia.
Setiap kerajaan pasti mengalami proses pertumbuhan, baik kemunduran maupun
kemajuan (
puncak kejayaan ). Begitu pula kerajaan-kerajaan islam di Indonesia yang
mengalami pertumbuhan.
Daftar Pustaka
lks kretif sejarah indonesi kelas X semester II
izin copy
ReplyDeleteizin copy ya makasih
ReplyDeleteIZIN COPY GAN
ReplyDeleteIzin copy beberapa bagiannya
ReplyDeleteizin menyalin beberapa bagian jga
ReplyDeleteizin copy ya ka, buat tugas
ReplyDelete